Belakangan banyak kampanye calon
kepala daerah menghiasi jalanan dan televisi, sudah tidak mengherankan kalau
sekarang banyak orang berebut dan berharap menjadi pemimpin. Kursi seorang
pimpinan tak pernah kekurangan peminat, betapa tidak, iming-iming materi,
kekuasaan, dan fasilitas sebagai imbalan dari sebuah jabatan pemimpin begitu
menggiurkan sehingga menarik untuk diperebutkan. Padahal mengemban amanah
sebagai pemimpin merupakan suatu tugas yang berat dan akan dimintai
pertanggungjawabnya dihadapan Allah SWT, apapun bentuk kepemimpinannya itu.
Pada hakekatnya setiap dari kita
adalah pemimpin dan bertanggung jawab sesuai lingkup masing-masing. Mulai dari
diri sendiri, keluarga, sampai lingkungan masyarakat luas. Rasulullah SAW telah
memberikan contoh nyata dalam pribadinya yang agung mengenai sebuah
kepemimpinan. Michel Hart dalam buku 100 orang paling berpengaruh menempatkan
Muhammad SAW dalam urutan pertama. Tak ada yang meragukan kepemimpinan
Rasulullah SAW, kepemimpinan beliau tidak hanya berpengaruh pada zamannya saja,
tetapi menginspirasi dan berpengaruh sepanjang masa. Sosok Rasulullah SAW yang
berwibawa, berkarakter, bijaksana, tegas, jujur, adil, dermawan, dan penuh
kasih sayang memantaskan beliau sebagai sosok yang pantas untuk diteladani.
Sebagai umat muslim, sudah
semestinya kita meneladani Rasulullah SAW, terlebih pemimpin daerah dan negara,
karena mereka-lah yang akan menentukan arah kehidupan masyarakat yang
dipimpinnya, apakah lebih baik atau malah lebih buruk. Seorang pemimpin juga
merupakan contoh bagi masyarakat yang dipimpinnya. Ajaran Islam yang agung
memang telah sering dikumandangkan dalam pernyataan, namun sangat disayangkan
belum diwujudkan dalam kenyataan.
Begitu miris mendengar pemimpin
yang telah dipercaya masyarakat atau rakyat untuk mengemban amanah, malah
menyelewengkannya, berlaku tidak adil, mementingkan diri sendiri dan golongan,
serta yang lebih parah, memakan uang rakyat atau yang biasa kita sebut sebagai
Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme (KKN). Untuk menjadi negara yang maju,
bermartabat dan rakyatnya sejahtera sudah menjadi hal mutlak diperlukan
pemimpin yang memiliki teladan Rasulullah SAW, terlebih mengenai kejujuran,
kebijaksanaan, dan kasih sayang. Banyak pemimpin yang mematikan akhlak mulia
dan menggantikannya dengan akhlak hina. Pemimpin yang koruptor misalnya, justru
memberikan contoh kepada rakyatnya mengenai keserakahan. Tidak heran jika yang
menjamur bukan kejujuran, melainkan kebohongan. Bahkan dipengadilan terjadi
jual beli perkara. Bila sudah tidak ada keadilan dilembaga peradilan, rakyat
bisa menjadi anarkis menghakimi dengan caranya sendiri. Begitupun dengan
pemimpin yang menebar tuduhan dan fitnah yang dapat menyebabkan perpencahan
dalam rakyatnya.
Rasulullah SAW dengan keteladanan
akhlaknya yang agung dalam kepemimpinannya menumbuhkan dan memberikan contoh
akhlak mulia pada rakyatnya. Dengan kepemimpinan akhlak mulia inilah potensi
seseorang bisa diselaraskan dengan yang lain. Meski kadang berbeda pendapat,
bisa saling memahami. Walau berbeda pendapat, masing-masing bisa memaklumi.
Perbedaan bukan melemahkan, tapi justru saling melengkapi. Seperti orkestra,
meski alat dan suaranya berbeda-beda, namun tetap terdengar mengalun merdu.
Yang kuat menolong yang lemah, yang lemah mendoakan yang kuat. Yang kaya
memberi yang miskin, yang miskin mendoakan yang kaya dengan tetap berusaha dan
bersabar. Pemimpin dan yang dipimpin saling menghormati dan mendoakan. Semua
diselaraskan menjadi masyarakat yang dinamis dan indah. Inilah tugas pemimpin,
menyelaraskan dan menjadikan setiap rakyatnya bersatu walaupun memiliki
perbedaan. Sebaliknya, kepemimpinan yang buruk, justru mengundang perpecahan.
Potensi umat saling bertabrakan dan saling meniadakan. Banyak energi negatif
yang justru menyedot kekuatan. Tanpa kepemimpinan yang baik, jumlah umat yang
banyak hanya akan menjadi kerumunan. Keberadaannya seperti buih yang terombang
ambing tak tentu arah.
Dengan spirit tauhid, akhlak
mulia dan ukhuwah, sebagaimana diteladankan Rasulullah SAW, kepemimpinan akan
mengundang rahmat Allah SWT, mengundang keterlibatan dan pertolongan Allah.
Inilah solusi dari permasalahan menyangkut kepemimpinan, Insya Allah, Wallahu
a’lam
Referensi:
Ust. Hanif Hannan, Edisi Rabiul Awal 1433 H - Februari 2012,
Meneladani Kepemimpinan Rasulullah - Majalah Mulia
Sumber: bungrandhy.wordpress.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar